Laman

Jumat, Maret 26, 2010

Bukan Permata Biasa

Salah satu doa yang insya Allah dikabulkan oleh Allah adalah permintaan tulus seorang isteri bagi suaminya. Ketulusan, keikhlasan, & kesabaran seorang isteri dalam mendoakan suaminya, semoga tiada pernah sia-sia.




Bukan Permata Biasa



Kisah ketulusan & kesabaran wanita shalihah ini dalam mengarungi biduk rumah tangganya yang baru dia bina bersama suami tercinta, semoga pula menjadi ibrah / pelajaran bagi wanita muslim lain.

Di Madinah ada seorang wanita cantik shalihah lagi bertakwa. Bila malam mulai merayap menuju tengahnya, ia senantiasa bangkit dari tidurnya untuk sholat malam & bermunajat kpd Allah. Tidak perduli waktu itu musim panas ataupun dingin, karena disitulah letak kebahagiaan dan ketentramannya. Yakni pada saat dia khusyu berdoa, merndah diri kpd sang pencipta & berpasrah akan hidup & mati hanya kepadaNya.

Suatu hari datanglah seorang lelaki untuk meminangnya, konon ia trmasuk lelaki yang taat beribadah. Setelah sholat istiharah akhirnya ia menerima pinangan tersebut. Sebagaimana adapt kebiasaan setempat, upacara pernikahan dimulai pukul 12 malam hingga adzan subuh. Namun wanita itu justru meminta selesai akad nikah jan 12 tepat, ia harus berada dirumah suaminya. Hanya Ibunya yg mengetahiu rahasia itu. Semua orang takjub. Pihak keluarganya sendiri berusaha membujuk wanita itu agar merubah pendirianya, namun wanita itu tetap pada pendiriannya, bahkan ia bersikeras akan membatalkan pernikaha tersebut jika persyaratannya ditolak. Akhirnya walau dengan bersungut pihak keluarga pria menyetujui permintaan sang gadis.

Waktu terus berlalu, tibalah saat yang dinantikan oleh kedua mempelai. Saat yang penuh arti & mendebarkan bagi siapapun yang akan memulai hidup baru. Saat itu pukul 9 malam. Doa ‘Baarokallohu laka wabaaraka alaika wajama’a bainakuma fii khairin’ dari para undangan buat sepasang pengantin baru. Pengantin wanita terlihat begitu cantik. Saat sang suami menemui terpacarlah cahaya & sinar wudhu dari wajahnya.

Jam mulai mendekati angka 12, sesuai perjanjian saat sang suami akan membawa sang istri ke rumahnya. Sang suami memegang tangan isterinya sambil berkendara, diiringi ragam perasaan yang bercampur baur menuju rumah baru harapan mereka.

Setibanya di sana, sang istri meminta ijin suaminya untuk memasuki kamar mereka. Kamar yang ia rindukan untuk membangun mimpi-mimpinya. Dimana di kamar itu ibadah akan ditegakkan & menjadi tempat dimana ia & suaminya melaksanakan sholat & ibadah secara bersama-sama. Pandangannya menyisir seluruh ruangan. Tersenyum diiringi pandangan sang suami mengawasi dirinya.

Senyumnya seketika memudar, hatinya begitu tercekat, bola matanya yang bening tertumbuk pada sebatang MANDOLIN yang tergeletak di sudut kamar. Wanita itu nyaris tak percaya. Ini nyatakah atau fatamorgana? Ya Allah, itu nyanyian? Oh bukan, itu adalah alat musik. Pikirannya tiba-tiba menjadi kacau. Bagaimanakah sesungguhnya kebenaran ucapan orang tentang lelaki yang kini telah menjadi suaminya.. Oh… segala angan-angan menjadi hampa, sungguh ia amat terluka. Hampir saja air matanya tumpah. Ia berulangkali mengucap istighfar, Alhamdulillah ‘ala kulli halin. “Ya bagaimanapun yang dihadapi Alhamdulillah. Hanya Allah yang Maha Mengetahui segala kegaiban.”

Ia menatap suaminya dengan wajah merah karena rasa malu & sedih, serta setumpuk rasa kekhawatiran menyelubung. “Ya Allah, aku harus kuat dan tabah, sikap baik kepada suami adalah jalan hidupku.” Kata wanita itu lirih di lubuk hatinya. Ia berharap, Allah akan memberikan hidayah kepada suaminya melalui tangannya.

Mereka mulai terlibat perbincangan, meski masih dibaluti rasa segan, malu bercampur bahagia. Waktu terus berlalu hingga malam hampir habis. Sang suami bak tersihir oleh pesona kecantikan sang isteri. Ia bergumam dalam hati, “saat ia sudah berganti pakaian, sungguh kecantikannya semakin berkilau. Tak pernah kubayangkan ada wanita secantik ini di dunia ini.” Saat tiba sepertiga malam terakhir, Allah Subhanahu wa Ta'ala mengirimkan rasa kantuk kpd suaminya. Dia tak mampu lagi bertahan, akhirnya ia pun tertidur lelap. Hembusan nafasnya begitu teratur. Sang istri segera menyelimutinya dengan selimut tebal, lalu mengecup keningnya dengan lembut. Setelah itu ia segera terdorong rasa rindu kepada mushalla-nya & bergegas menuju tempat ibadahnya dengan hati melayang.

Sang suami menuturkan, “Entah kenapa aku begitu mengantuk, padahal sebelumnya aku betul-betul ingin begadang. Belum pernah aku tertidur sepulas ini. Sampai akhirnya aku mendapati istriku tidak lagi disampingku. Aku bangkit dengan mata masih mengantuk untuk mencari istriku. Mungkin ia malu sehingga memilih tidur di kamar lain. Aku segera membuka pintu kamar sebelah. Gelap sekali tak ada suara sama sekali. Aku berjalan perlahan kawatir membangunkannya. Kulihat wajah bersinar ditengah kegelapan, keindahan yang ajaib & menggetarkan jiwaku. Bukan keindahah fisik, karena ia tengah berada diperaduan ibadahnya. Ya Allah sungguh ia tidah meninggalkan sholat malamnya termasuk dimalam pengantin. Ku pertajam penglihatanku. Ia rukuk & sujud lama sekali. Ia amat cantik dalam kekhusyuannya, lebih cantik dari saat memakai pakaian pengantin & pakaian tidurnya. Sungguh kini aku betul-betul mencintainya, dengan seluruh jiwa ragaku.”

Hingga bulan kedepan wanita it uterus melakukan kebiasaannya, sementara suami menghabiskan malam-malamnya dengan begadang, memainkan alat-alat musik yang tak ubahnya bagai istri tercintanya. Hingga suatu malam ia pulang terlambat setelah bergadang & bersenang-senang. Ia membuka pintu dengan perlahan & berniat masuk ke kamarnya. Namun langkahnya tiba-tiba terhenti. Ia mendengar bacaan Al Quran yang demikian syahdu menggugah hati. Dengan perlahan dan hati-hati ia memasuki kamar sebelah. Gelap & sunyi, ia pertajam penglihatannya & melihat istrinya tengah bedoa. Ia mendekatinya, angin sepoi-sepoi membelai wajah sang istri. Ya Allah, perasaan laki-laki itu bagai terguyur.Apalagi saat mendengar istrinya berdoa sambil menangis. Curahan air matanya bagaikan butiran mutiara yang menghiasi wajah cantiknya.

Tubuh lelaki itu bergetar hebat, kemana selama ini ia pergi, meninggalkan istri yang penuh cinta kasih? Sungguh jauh bebeda dengan istrinya, antara jiwa yang bergelimang dosa dengan jiwa gemerlap ditaman kenikmatan, di hadapan Rabb nya.

Lelaki itu menangis, air matanya tak mampu tertahan. Sesaat kemudian adzan subuh. Lelaki itu memohon ampun atas dosa-dosanya selama ini, ia lantas menunaikan sholat shubuh dengan kekhsyu’an yang belum pernah dilakukan seumur hidupnya.

Inilah buah dari doa wanita shalohah yang selalu memohonkah kebaikan untuk suami, sang pendamping hidup.

Beberapa tahun kemudian, segala wujud pertobatan lelaki itu mengalir dalam bentuk ceramah, khutbah & nasehat yang tersampaikan oleh lisannya. Ya, lelaki itu kini telah menjadi da’I besar di kota Madinah.

Memang benar, wanita shalihah adalah harta karun yang amat berharga & termahal bagi seorang lelaki bertakwa. Bagi seorang suami, istri shalihah merupakan permata hidupnya yang tak ternilai & “bukan permata biasa”.



(dari kumpulan kisah nyata, Abdur Razak bin Al Mubarak)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar