Laman

Selasa, Desember 13, 2011

Agar Kita Tidak Tergantung Pada Pembantu …



Akhir-akhir ini saya sering merasa kepayahan dalam mengelola waktu dan kegiatan pribadi. Banyak urusan tidak tertangani, dan pikiran seperti tidak bisa fokus. Tidak bisa dipungkiri bahwa ini menjadikan perasaan saya gundah.



Pagi ini, usai merefresh otak dengan jogging, saya diberi taufik untuk membuka buku yang tergeletak di meja. Buku yang sudah lama sekali tidak saya baca, Adabuz Zifaf, karya Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah. Saya tidak baca dari awal sampai akhir, tetapi hanya asal buka-buka saja, sampai saya diberikan taufik untuk membuka halaman, yang di situ ada jawaban atas rasa suntuk yang saya alami.



Syaikh Al-Albani rahimahullah membawakan sebuah riwayat bahwa dulu:

“Fathimah (putri nabi) datang kepada Nabi mengadukan bekas-bekas di telapak tangannya yang ditimbulkan oleh alat penggilingan tepung. Ketika itu, dia mendengar bahwa ada seorang budak yang datang kepada Nabi. Akan tetapi, saat itu Fathimah tidak berjumpa beliau. Fathimah pun menceritakan hal itu kepada ‘Aisyah (istri Nabi). Ketika Nabi datang, ‘Aisyah menceritakan pengaduan Fathimah.”



Selanjutnya, ‘Ali (suami Fathimah) bercerita,



“Kemudian, selang berapa lama, beliau datang mengunjungi kami yang waktu itu sedang bersiap untuk tidur. Kami bangun, namun beliau berkata, “Tetaplah di tempat.”



Beliau duduk di antara saya dan Fathimah. Beliau memegang perut saya hingga saya bisa merasakan dinginnya telapak tangan beliau di perut saya.



Beliau (nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam) kemudian bersabda,



“Maukah saya tunjukkan kepada kalian sesuatu yang lebih baik dari apa yang kalian minta? Jika kalian telah bersiap untuk tidur, hendaklah mengucapkan Subhanallah tiga puluh kali, mengucapkan Alhamdulillah tiga puluh kali, dan mengucapkan Allahu Akbar tiga puluh kali. Itu lebih baik bagi kalian daripada seorang pembantu.”



Hadits yang disebutkan Syaikh Al-Albani di atas diriwayatkan oleh Bukhari, sehingga tentu tidak asing bagi banyak di antara kita. Namun, pertanyaan bagi diri kita sendiri, “Ketika kita mengalami kesempitan dalam hidup, sudahkah kita mengamalkan anjuran nabi yang demikian simpel tersebut?” Mungkin banyak di antara kita, meremehkan hal tersebut karena seolah-olah sangat tidak realistis, dan berpikir bahwa tidak ada korelasi logis antara bacaan dzikir dan aktivitas kerja.



Kebanyakan orang berpikir dengan cara pandang enterpreunership semata bahwa kalau aktivitas kerja ingin meningkat, ya dilakukan cengan cara bangun pagi, berjalan cepat, focus selesaikan tugas di kantor, efektifkan waktu, prioritaskan pekerjaan yang paling penting, gunakan sosial media untuk kontak dengan relasi secara efektif, dan cara-cara praktis lainnya.



Na’am, cara-cara praktis di atas memang harus ada dan bahkan harus ditingkatkan. Namun, tidak jarang terjadi, ketika kita sudah melakukan itu semua, ternyata urusan-urusan di depan mata kita tetap tidak tertangani dengan maksimal. Maka, selayaknya kita merenungkan, “Sudahkan kita mengamalkan anjuran nabi di atas?” Hal ini perlu direnungkan dengan baik, karena saya teringat perkataan Ibnul Qayyim -yang secara makna- bahwa kekuatan seorang muslim terletak di hatinya. Maka, jika hati seseorang rusak, anggota badan pun tidak akan punya feeling untuk mengerjakan urusan-urusan hidupnya.







Kamis, 20/10/2011



di Pagi yang cerah di Pogung Kidul, Yogyakarta



http://alashree.wordpress.com/2011/10/20/agar-tidak-tergantung-pembantu/

http://www.facebook.com/media/set/?set=a.272775092763111.68637.269175039789783&type=3#!/photo.php?fbid=275072845866669&set=a.272775092763111.68637.269175039789783&type=3&theater