Laman

Kamis, Maret 31, 2011

MENGGAPAI MA'RIFATULLAH


MENGGAPAI MA'RIFATULLAH


oleh Abu Mushlih Ari Wahyudi
pada 08 Maret 2011 jam 4:34.


Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya, meminta pertolongan dan ampunan kepada-Nya. Dan kita juga senantiasa memohon perlindungan kepada Allah dari keburukan hawa nafsu dan kejelekan amal-amal kita. Barangsiapa yang diberikan petunjuk oleh Allah niscaya tidak ada yang dapat menyesatkannya. Dan barangsiapa yang disesatkan oleh-Nya, niscaya tidak ada yang dapat menunjukinya.


Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Aku pun bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, yang telah diutus oleh Allah dengan membawa petunjuk (ilmu yang bermanfaat) dan agama yang benar (amal salih) untuk dimenangkan atas seluruh agama. Semoga salawat dan keselamatan senantiasa tercurah kepada beliau, keluarganya, para sahabatnya, dan segenap pengikut setia mereka hingga hari kiamat tiba.


Amma ba'du.


Sesungguhnya ma'rifatullah (pengenalan terhadap Allah) telah menjadi 'barang' yang sangat langka pada masa kita sekarang ini. Banyak orang yang telah lalai darinya. Para pemuja dunia, pengejar tahta, pemburu wanita, pencari suara, bahkan tidak sedikit orang-orang yang 'berselimutkan' simbol-simbol agama sekalipun yang telah lupa terhadapnya.


Pengenalan terhadap Allah yang sejati laksana mutiara yang tersembunyi di dasar lautan atau emas yang terpendam di perut bumi. Begitu banyak orang yang mendambakannya, akan tetapi amat sedikit orang yang berhasil menggapainya.


Allah ta'ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya yang merasa takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya adalah orang-orang yang berilmu saja.” (QS. Fathir: 28)


Syaikh as-Sa'di rahimahullah berkata, “Ini artinya, setiap orang yang semakin berilmu tentang Allah niscaya dialah orang yang lebih banyak takut kepada-Nya. Sementara rasa takutnya kepada Allah itu pasti akan memunculkan sikap menahan diri dari kemaksiatan-kemaksiatan serta bersiap-siap untuk berjumpa dengan sosok yang ditakutinya (Allah). Ini merupakan dalil yang menunjukkan keutamaan ilmu, karena ia merupakan pendorong menuju rasa takut kepada Allah. Orang-orang yang senantiasa merasa takut kepada-Nya, itulah yang akan meraih kemuliaan dari-Nya...” (Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 756)


Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “...Ibnu Mas'ud pernah mengatakan, 'Cukuplah rasa takut kepada Allah sebagai bukti keilmuan.' Kurangnya rasa takut kepada Allah itu muncul akibat kurangnya pengenalan/ma'rifah yang dimiliki seorang hamba kepada-Nya. Oleh sebab itu, orang yang paling mengenal Allah ialah yang paling takut kepada Allah di antara mereka. Barangsiapa yang mengenal Allah, niscaya akan menebal rasa malu kepada-Nya, semakin dalam rasa takut kepada-Nya, dan semakin kuat cinta kepada-Nya. Semakin pengenalan itu bertambah, maka semakin bertambah pula rasa malu, takut dan cinta tersebut....” (Thariq al-Hijratain, dinukil dari adh-Dhau' al-Munir 'ala at-Tafsir [5/97])


Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa pengenalan kepada Allah yang sejati pasti membuahkan rasa takut kepada-Nya. Sementara rasa takut itu sendiri yang akan mendorong seorang hamba untuk melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Setiap orang yang merasa takut kepada-Nya, lantas menunaikan ketaatan kepada-Nya yaitu dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya dan meninggalkan larangan-larangan-Nya, maka dialah sesungguhnya orang yang alim/berilmu.” (adh-Dhau' al-Munir 'ala at-Tafsir [5/98])


Suatu ketika, ada seseorang yang berkata kepada asy-Sya'bi, “Wahai sang alim/ahli ilmu.” Maka beliau menjawab, “Kami ini bukan ulama. Sebenarnya orang yang alim itu adalah orang yang senantiasa merasa takut kepada Allah.” (dinukil dari adh-Dhau' al-Munir 'ala at-Tafsir [5/98])


Oleh sebab itulah, saudaraku -semoga Allah menuntunku dan dirimu di atas jalan yang lurus- kita dapati bahwa generasi pendahulu umat ini (salafus shalih) adalah sosok-sosok manusia yang diliputi dengan rasa takut yang amat dalam kepada Allah. Sebuah perasaan takut yang tidak pernah terbayang dan terlintas di pikiran banyak orang. Tidakkah kita ingat, perkataan Ibnu Abi Mulaikah -salah seorang tabi'in- yang mengisahkan, “Aku telah bertemu dengan tiga puluhan orang Shahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, sedangkan mereka semua merasa sangat takut kalau-kalau dirinya tertimpa kemunafikan.” (HR. Bukhari secara mu'allaq)


Demikian pula, apa yang dikisahkan oleh Imam Ibnu Qudamah rahimahullah, “Sebagian mereka -ulama salaf- pernah berkata; Seandainya aku bisa mengetahui bahwa diriku telah terbebas dari kemunafikan, niscaya hal itu lebih aku sukai daripada [seisi bumi ini] yang terbit di atasnya matahari.” (al-Khauf, haqiqatuhu wa bayanu darajatihi, hal. 16)


Bersambung, insya Allah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar